Konflik : Sebuah Keniscayaan

Konflik yang berarti percekcokan, perselisihan atau pertentangan dapat mewujud dalam bentuknya yang paling ringan berupa perbedaan pendapat dan dapat pula mewujud dalam bentuknya yang paling keras berupa perang dengan menggunakan kekuatan bersenjata. Dalam sebuah masyarakat multi etnik, multi ras, multi agama dan multi suku yang dapat melahirkan multi kepentingan, maka konflik adalah sebuah keniscayaan. Sering tidak terhindar dan acap kali bersifat kreatif dan bermanfaat. Masalahnya adalah bagaimana mengelola konflik agar tidak berlanjut pada tindakan yang destruktif-anarkis.

Konflik seringkali terjadi karena tujuan yang berbeda dan tidak sejalan. Namun demikian, selama tidak deselesaikan dengan kekerasan, konflik justru sering menghasilkan situasi yang lebih baik bagi sebagian atau bahkan semua pihak yang terlibat. Ini menunjukan bahwa konflik tetap berguna. Apalagi hal itu memang merupakan bagian dari keberadaan sebuah komunitas. Dari tingkat mikro, antar pribadi, hingga tingkat makro, kelompok, organisasi, terlebih lagi politik kekuasaan, selalu mengalami pertumbuhan, perubahan dan konflik.

Berkenaan dengan itu, perlu ditegaskan kembali bahwa konflik memang harus di kelola dengan baik dan benar. Sebab, apabila dibiarkan, ia bagaikan api dalam sekam yang setiap saat bias meledak. Atau, meminjam istilah sosiologi UI, Imam B. Prasojo, konflik ibrat sumbu pendek yang cepat merambatnya. Artinya potensi konflik dapat muncul dimana-mana. Pertanyaan nya apa yang bias dilakukan agar kita dapat memahami dan menangani konflik?

Langkah pertama yang harus dipahami adalah menanamkan kesadaran bahwa konflik merupakan bagian dari problematika kehidupan yang tak terhindarkan. Ibarat masakan, konfilk adalah penyedap rasa yang sering menjadi penambah kelezatan. Dengan kesadaran seperti ini, konflik tidak perlu dihindari. Sebaliknya dia harus dihadapi dengan penuh kearifan dan kebijaksanaan. Sebab, keberadaannya yang sering menjebak manusia pada perpecahan dan kerusuhan, tidak berarti tanpa manfaat dan kegunaan. Justru, hal itu menunjukan bahwa konflik sebenarnya juga dibutuhkan dalam kehidupan (Simon Fisher dkk, Mengelola Konflik, Keterampilan & Strategi untuk bertindak).

Konflik dapat membuat orang menyadari komplesitas problematika kehidupan, mendorong ke arah perubahan yang diperlukan, memperbaiki solusi, menumbuhkan semangat, mempercepat perkembangan pribadi, menambah kepedulian diri, mendorong kedewasaan psikologis, serta menimbulkan kesenangan.

Bias saja ada yang menyangkal berbagai manfaat yang disebtkan di atas. Namun demikian, agaknya susah untuk mengesampingkan kenyataan bahwa konflik seringkali membuat kita penasaran untuk memikirkan apa dampak positifnya (hikmahnya). Tidak hanya dalam organisasi tetapi juga di semua tingkat dan lapisan masyarakat. Jika tidak ada konflik, bias dibayangkan, banyak oang yang akan menjadi kerdil lantaran kekurangan stimulasi, berbagai kelompok dan organisasi akan mandeg dan mati, serta masyarakat akan runtuh karena beban mereka sendiri yang tidak mampu beradaptasi dengan berbagai keadaan yang berubah.

Untuk itu, konflik tidak perlu di tekan dengan habis-habisan. Sebab, hal itu justru akan menimbulkan masalah-masalah baru di masa yang akan dating. Dalam kaitan ini, konflik itu sendiri mungkin saja menjadi bagian dari solusi suatu masalah. Yang perlu diwaspadai adalah berubahnya konflik menjadi kekerasan. Ini akan terjadi jika :
1. Saluran dialog dan wadah untuk mengungkapkan perbedaan pendapat tidak memadai.
2. Suara-suara ketidaksepakatan dan keluhan-keluhan yang terpendam tidak didengar dan diatasi.
3. banyak ketidakstabilan, ketidakadilan, dam ketakutan dalam masyarakat yang semakin luas.

Tekan terhadap konflik juga merupakan lahan subur yang dapat dieksploitasi oleh para politikus, yang mungkin akan merekrut mereka yang menderita dan tertindas untuk membantu mendapatkan kekuasaan dan pengaruh mereka sendiri di tingkatan pribadi dengan menggunakan kekerasan secara paksa. Budaya kekerasan muncul dan berkembang karena konflik selalu ditangani melalui kekerasan (Firdaus Efendi & Saefudin, mendambakan Indonesia Bebas Konflik, 2003).

comment 0 komentar:

Posting Komentar

 
© BSA-LAW OFFICE | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger