SIAPAKAH RAJA SITANGGANG ITU

Siapakah Raja Sitanggang, darimana asalnya, diamanakah kerajaannya ? itulah bagian dari pertanyaan yang muncul dari Pemuda Marga Sitanggang yang di Jakarta,pertanyaan ,menyedihkan sekaligus menyenangkan.Betapa tidak, setidaknya menggugah perhatian Marga Sitanggang untuk menemukan jatidirinya yang  sebenarnya. Jatidiri yang dimaksud bukan berarti tidak atau kurang jelas, tetapi kedudukannya sebagai Anak dari Raja Naiambaton disebagian daerah dipersoalkan, namun sejauh itu, tokoh marga Sitanggang tidak pernah berniat untuk menjelaskannya sesuai dengan kebenarannya.
 Raja Sitanggang tidak saja sebutan sebagaimana umumnya Batak, yang disebut Raja.Sebutan Raja oleh karena memang jaman dahulu kala nenek moyang orang Batak sebagian besar menggunakan dan memelihara Budak (Hatoban) Budak ini diberikan kehidupan, bahkan bertempat tinggal layaknya yang lain.Perbedaannya ialah, mereka yang tergolong Budak ini tidak diperbolehkan menggunakan anak tangga rumahnya ganjil, akan tetapi selalu genap.Oleh karenanya orang yang mempunyai anak tangga genap itu adalah turunan Hatoban. Namun oleh karena pertanda itu hanya terdapat dalam lingkungan Kampung yang tidak diketahui oleh pihak luar maka, penyebutan Raja anu dan Raja Sianu pun menjadi polpuler pada setiap marga Batak. Namun sesungguhnya kerajaan suatu marga tentu mempunyai wilayah kerjaannya, misalnya saja, Raja Tomok, terkenal Marga Sidabutar,begitu pun Raja Pangururan sebagai Ibukota Pulo Samosir adalah Sitanggang. Oleh karenanya kerajaan disini bukan kerajaan yang karena direbut melalui peperangan, tetapi merupakan turunan dari penguasa ayahnya yang memiliki kerajaan saat itu, diturunkan kepada anknya.Dengan demikian maka, Raja Pangururan itu tidak boleh perpindah kepada pihak lain kecuali turunan dari Raja Sitanggang.
Ketentuan itu pada jaman dahulu kala merupakan perintah yang tidak dapat dibantah oleh siapapun juga.Kini dengan kehadiran Agama, maka, kerjaan yang dinilai sebagai budaya peodalisme ditinggalkan ditambah pada pemerintahan belanda  muncullah  Demang,Kepala Nagari  , Kepala Kampung atau Kepala Desa sekarang . Demikian juga kerjaan Panguruan selain dari pengaruh agama, di Ibukota Pulo Samosir ini , Raja Naibaho menjadi tulang dari Sitanggang dan Simbolon yang menurut Adat Batak ia tidak dapa memrintahnya sebagaimana ia memerintah  rakyatnya pada jaman ia Raja Pangururan.
NAIAMBATON
Eraja Sitanggang adalah Anak dari Raja Naiambaton penguasa tanah sumba Pangururan. Raja Sitanggang 53 sub unit marga bersaudara dari turunan Raja Naiambaton. Sitanggang dan Simbolon, atau Simbolon dan Sitanggang adalah anak sulung dari Raja Naiambaton, 51 sub unit marga Parna lainnya tunduk dan taat kepada keduanya. Entah apa penyebab, Raja Naiambaton ayah dari Raja Sitanggang ini memberikan pesan “ Sanggardo tolong baringin jabi jabi, Sitanggang dohot Simbolon tangkasdoi namarhaha mranggi” arti sitanggang dan Simbolon adalah kaka adek kandung, yang tidak perlulagi dicari siapa sulung dan seterusnya.
Parsadaan Raja Naiambaton(Parna) adalah satu kesatuan satu nenek moyang yang  tidak boleh saling mengawini satu dan lainnya seperti marga marga Batak lain yang sudah saling mengawini. Bagi Parna hingga kini amanat itu tetap dipertahankan.Karenanya marga terbesar bagi orang Batak di Dunia adalah Raja Naiambaton yang utuh mempertahankan amanat nenek moyang tidak saling mengawini satu dan yang lainnya.Jika ternyata diketahui ada yang melanggar maka, yang bersangkutan dianggap hilang dan atau tidak lagi masuk pada kelompok mana pun termasuk dalam marganya sendiri ia akan disisihkan dari silsilah. Pesan nenek moyang Raja Naiambaton itu dalam hidup dan kehidupan turunanya hingga saat ini.
STRUKTUR ADAT
Struktur hukum adat Batak yang sampai saat ini masih berlaku ialah , Anak sulung  merupakan pemegang tongkat estafet kepemimpinan untuk  melanjutkan kepemimipinan ayahnya di kemudian hari. Oleh karena itu  jikalau  orangtuanya itu meninggal dunia, maka anak sulung tadilah  menjadi penggantinya sebagai ayah dari adek adeknya .Itulah sebabnya  pada saat menasehati keluarga itu umumnya penekanan pembicaraan ialah kepada anak sulung sebagai pemimpin menggantikan almarhum ayahnya.
Demikianlah kedudukan Raja Sianggang sebagai Raja Pangururan sebagaimana disinggung diatas bukan direbut melalaui peperangan ,akan tetapi warisan dari nenek moyang Raja Naiambaton turun kepadanya. Oleh karena kedudukannya sebagai Raja Pangururan atas dasar warisan maka tiada seorang pun yang dapat mengambil alih kedudukan itu kecuali atas kerelaannya melepaskannya. Demikianlah juga pada jamannya ia pun membentuk kerajaan Adat di Pangururan dengan sebutan sitrolukkae Horbo. Konon kabarnya, sebagai Raja Pangururan Raja Sitanggang adalah kepala Sitolukkae Horbo, kemudian Simbolon dan Naibaho. Kedua kaka Adek, yakni Sitanggang dan Simbolon menjadi menantu dari Naibaho (Siraja Oloan) maka perubahan susunan sitolukkae Horbo pun berubah, yaitu, Naibaho, Sitanggang dan Simbolon.
Beberapa sejarah peninggalan Raja Sitanggang yang masih ada, selain dari pelaksanakan Adat melalui sitolikkae Horbo ini juga danya air mancur (Aek parsuangan) tepatnya diatas airpanas Tirta.Semula aek parsuangan itu pada bagian atas adalah miliknya Raja Sitanggang, kedua Simbolon dan ketiga Naibaho.Setelah Sitanggang dan Simbolon menjadi menantu Raja Naibaho maka, perubahan pun terjadi, yaitu, paling teratas, Naibaho, kedua Raja Sitanggang dan ketiga Simbolon. Ketiga marga inilah memang penguasa adat di Kota Pangururan,karenanya tidak heran jikalu diantara ketiga Marga ini berganti menjadi raja adatnya.
SIAPA ANAK RAJA SITANGGANG
Raja Sitanggang gelar Raja Natanggang atau Naganggang yang terkenal Raja Pangururan ini  mempunyai 3 orang anak yaitu, Tanja Bau, Raja Pangadatan dan Pangulu Oloan.Tanjabau sebagai anak sulung dari Raja Sitanggang memiliki dua orang turunanya yaitu, Raja Sitempang dan Ompu Tinita ,kemudian Siraja Gusar.Sedangkan dari Raja Pangadatan, anak sulungnya, Siraja Lipan, kedua Siraja Upar dan ketiga Siraja Silo.Dari anak bungsu yaitu Pangulu Oloan, Sitambolang, maaf tanpa mengurutnya , seterusnya ke Sigalingging yang samapi saat ini menggunakan Sigalingging anak satu lagi ialah  Ompu Bada yang bermukim di Dairi pakpak.
Anak bungsu dari Pangadatan yaitu Siraja Silo mempunyai anak dua orang yaitu yaitu, sitapi dalan nenek moyangnya Simanihuruk dan Sitabidalan, nenek moyangnya Sidauruk. Sedangkan dari Ompu Bada, mereka adalah, Berasa, Banuarea, Capa,Gajah, Bancin, dan Siboru permatasawari yang menurut legenda menjadi buaya putih di perbatasan simsim Salak Dariri Pakpak Sumatera Utara. Dengan demikian anak Raja Sitanggang ialah, selain Sitanggang, Lipan,Upar ,Silo, adalah Sigalingging Simanihuruk dan Sidauruk.
Bagaimanakah sikap Raja Sitanggang mempersatukan turunannya itu dalam suatu acara sebagai suatu keluarga sedarah? Inilah perlu pemahaman mendalam sebagai anak sulung yang wajib untuk menghimpun dan mempersatukan adek adeknya. Mantan Walikota Jakarta Barat, Saing Silalahi MA,yang sering bersama penulis setelah membenahi tarombo silahi sabungan,Sihaolo sebagai anak pertama, maka dia bertekad setiap pesta bonataon Sihaloho Raja, wajib mengundang tujuh adek adeknya termasuk tambunan sebagai anak bungsunya.
Andaikat kita dapat berbuat sebagaimana dilakukan Sihaloho yang menghimpun adek adeknya dalam setiap acara Sitanggang maka ,tercapailah thema Pesta Bonataon yang menyatakan “ Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya apabila saudara saudara diam bersama dengan rukun” Dengan demikian maka, Sitanggan sebagai anak sulung dari Raja Sitanggang telah menjalankan kewajibannya untuk menghimpun dan mempersatukan adek adeknya selaku pengganti ayah.Demikianlah perbuatan mulia itu akan mendapat berkat yang melimpah dari Tuhan Yang Maha Esa.    


comment 0 komentar:

Posting Komentar

 
© BSA-LAW OFFICE | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger